Oleh amza
Ada beberapa pertanyaan, "Apakah saya sudah 'berjalan'? Apakah saya dalam pertaubatan?" butuh waktu yang tidak sedikit bagi saya untuk merenungi-nya, ketika mulai ingatan dimasa kecil dulu, dengan memory ingatan yang samar-samar karena sudah lama terlupakan, ketika masih dalam buaian Ibu, dalam asuhan nenek dan keluarga lain...ketika masih kecil bermain bersama teman... ya saya masih mengingat sebagian masa itu...SubhanAllah, beranjak pada saat disekolah kemudian kuliah, setelah selesai kuliah sekarang bekerja, kemudian kemana sebenarnya arah yang dituju?dan apakah saya sudah 'berjalan'?
Seorang pejalan yang berjalan(kembali kepada Allah), sungguh Allah akan menggelar karpet merah sebagai jalan menuju-Nya, dengan berupa ujian dan pahit-nya dunia. Sungguh tidak mudah untuk bisa 'berjalan' kecuali yang dimudahkan oleh Allah, “…dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (untukmu).” (Q. S. An-Nahl [16] : 69)
Kadang kehidupan ini seperti tidak ada hambatan, berjalan lancar-lancar saja, setiap rencana yang dibuat terlaksana, segala yang di inginkan bisa terpenuhi tapi sebaliknya terkadang kita juga menemukan hambatan hidup berupa masalah, kekurangan, rencana/cita-cita yang tidak sesuai dengan harapan, itu semua adalah ujian. Bersyukurkah ketika mendapat kenikmatan? dan bersabarkah ketika ditimpa kesempitan?
Ada sebuah hadits qudsi, dimana kepahitan dunia yang menimpa adalah bukti kasih sayang dan cinta Allah.
"Wahai dunia! pahitkanlah kehidupan para kekasih-Ku, janganlah sekali-kali engkau memaniskannya, kelak engkau akan memfitnahinya". Mudah-mudahan ketika datang tamu kesulitan atau kelapangan maka dengan itulah kita berjalan menuju Allah, yaitu jalan taubat, dimana seseorang yang bertaubat ialah yang melandaskan sepenuhnya dan berhukum kepada Al Quran dan Al Hadits.
kembali lagi ke pertanyaan "Apakah saya sudah 'berjalan'? Apakah saya dalam pertaubatan?"
Satu lagi pertanyaan, bagaimanakah mengukur kedekatan Allah?
Dari Abu Hurairah ra.
Bersabda Rasulullah SAW : "Berfirman Allah Yang Maha Agung; Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku dan Aku bersamanya ketika ia menyebut Aku. Bila menyebut Aku dalam dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu. Bila ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Bila ia datang depada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya berlari-lari" [HR Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn Hanbal]
Semua pertanyaan diatas hanya bisa ditemukan jawabannya dalam kehidupan. Let Allah be our destination!
Selasa, Maret 17, 2009
Pertanyaan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar