Minggu, Februari 15, 2009

Rindu Sang Kekasih (2)

Ketika Sayyidatina Aisyah r.a. ditanya tentang suaminya Nabi Muhammad saw, jawabnya “Kaana khuluquhu Al-Quran.” (Pekertinya adalah Al-Qur’an). Singkat tapi penuh makna.

Jawaban ini, selain menunjukkan tingkat kecerdasan Aisyah yang tinggi, juga membuktikan tingkat pemahaman yang luar biasa dari putri sahabat Abu Bakar itu terhadap Al-Qur’an dan pribadi Nabi Muhammad saw. 

Kiranya jawaban singkat tersebut dapat pula dijadikan kunci jawaban apabila ada yang mempertanyakan kenapa sekarang ini banyak ummat Islam yang “tidak mengenal” Nabinya dan sedikit sekali pemimpin Islam yang mewarisi atau mencontoh kepemimpinan Nabinya.

Semua anjuran, perintah, dan perilaku terpuji dalam Al-Qur’an seperti takwa, amal saleh, menegakkan kebenaran, memerangi kelaliman, membela kaum lemah, adil, berbudi, jujur, berkata benar, amar ma’ruf nahi munkar, dan seterusnya. Nabi Muhammad yang pertama-tama secara istiqomah melaksanakannya. Dan, semua larangan, pantangan, dan hal-hal buruk yang dikecam Al-Quran, seperti syirik, mengufuri nikmat, membunuh, mencuri, zina, kikir, dengki, tamak, serakah, berdusta, menghina sesama, dan hal-hal lain yang merendahkan martabat kemanusiaan. Nabi Muhammadlah yang pertama-tama dan secara istiqomah menjauhinya.

Bahkan soal ibadat, Nabi Muhammad senantiasa menjaga agar ummatnya tidak merasa terberati dan menganjurkan agar tidak memberatkan mereka.

Nabi yang suka – dan dalam rangka menganjurkan – menyikat gigi misalnya, memerlukan bersabda dengan ungkapan: Laulaa an asyuqqa ‘alaa ummatii laamrtuhun bissiwaaki…(Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka menyikat gigi…).

Salat malam kita ketahui merupakan ibadah rutin Nabi Muhammad di malam hari dan sangat dianjurkan. Mula-mula Nabi melakukannya di Masjid, namun ketika banyak orang mengikuti jejaknya, beberapa malam kemudian Nabi tidak keluar lagi melakukan salat malam ke Masjid. Menurut hadist shahih, ini dikarenakan Nabi khawatir salat itu menjadi wajib dan akan memberatkan. Ketika Mu’adz, seorang sahabat dekat Nabi, dilaporkan terlalu panjang membaca bacaan-bacaan salat menjadi imam, Nabi Muhammad “memarahi”nya. “Di belakangmu terdapat orang tua, orang lemah, dan orang yang mempunyai keperluan,” sabda Nabi Muhammad memberi penjelasan.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain yang dapat kita baca di Sirah Nabi Muhammad.

Juga sabda Nabi Muhammad: Yassiruu walaa tu’assiruu (Buat mudahlah dan jangan mempersulit), lebih memperjelas betapa Nabi Muhammad saw. Memang tidak suka memberati ummatnya.

Nabi yang begitu tak tahan melihat penderitaan ummatnya, yang begitu ingin ummatnya selamat dan berbahagia, yang begitu ingin ummatnya selamat dan berbahagia, yang begitu mengasihi dan menyayangi orang-orang yang beriman, anehkah bila selalu mencontohkan dan menganjurkan kebenaran, kebaikan, keadilan, dan seterusnya serta menjauhi dan melarang perbuatan-perbuatan yang merendahkan martabat kemanusiaan dan mencelakan diri sendiri dan orang lain?

Ayat yang lain – yang ditujukan kepada Nabi – menegaskan: Fabimaa rahmatin minallahi lintalahum…”Maka dengan rahmat dari Allah, engkau pun lemah-lembut terhadap mereka-ummatmu. Sekiranya engkau keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan lari dari padamu. Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan ini (urusan perjuangan dan urusan-urusan duniawi lainnya). Kemudian apabila aku telah mantap, bertaqwallah kepada Allah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.” (Q.s. 3: 159).

Nah, apabila dua ayat di atas kita gabung, kita akan mendapatkan profil pribadi pemimpin agung yang bercirikan: Tidak tahan melihat penderitaan ummatnya, sangat menginginkan keselamatan dan kebahagiaan ummatnya, sangat mengasihi dan menyayangi ummatnya, lemah-lembut terhadap ummatnya, memaafkan dan memohon ampun kesalahan ummatnya, mau bermusyawarah dengan ummatnya, dan bertawakal kepada Allah swt. Dan ketika Rasulullah menjelang wafatnya kata yang keluar adalah ummati..ummati..ummati.. begitu besar kasih sayangnya bagi kita, kiranya Allah memberikan kekuatan bagi kita utuk bisa mensuriteladani Kekasih-Mu Yaa Rabb...

Maka anehkah apabila kemudian sebagai pemimpin, Nabi Muhammad saw begitu ditaati dengan kasih sayang – bukan karena terpaksa – oleh ummatnya? Pemimpin yang menganjurkan dan mencontohkan pengamalan anjurannya: yang melarang dan mencontohkan menjauhi larangannya, tentu sangat mudah diikuti dan ditaati. (Pada waktu Perang Khandaq, misalnya, para sahabat, dalam keadaan yang sulit dibawah terik matahari, menggali parit atas perintah Nabi, dengan penuh semangat. Ini tentu juga disebabkan karena sang pemimpin tidak sekedar memerintah, melainkan ikut bahkan mengawali mencontohkan dan membantu pelaksanaan perintahnya itu. Baca Sirat an-Nabi oleh Ibn Hisyam, III/ 231-5).

Watak kepemimpinan Nabi Muhammad saw lebih tegas lagi ditandaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yaitu yang pertama: “Laqadjaa akum rasuulun min anfusikum ‘aziizum alaihi ma’anittum hariishun ‘alaikum bil mu’miniina rayyfun rahiim (Benar-benar telah datang kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian sendiri yang berat terasa olehnya (tak tahan ia melihat) penderitaan kalian; sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) bagi kalian; dan terhadap orang-orang yang beriman, penuh kasih sayang lagi penyayang.” (Q.s. 9: 128).

Nabi tak tahan melihat penderitaan umatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Maka tak henti-hentinya Nabi menolong dan menyuruh ummatnya menolong mereka-mereka yang memerlukan pertolongan, menyantuni, dan menyuruh menyantuni fakir miskin, anak yatim, janda, dan kaum dhu’afa. Nabi tak tahan melihat penderitaan ummatnya, maka tak henti-hentinya Nabi berbuat ma’ruf, menjauhi kemungkaran, melakukan dan menganjurkan amar ma’ruf nahi munkar.

Nabi tidak tahan melihat penderitaan ummatnya. Nabi yang sudah dua hari tidak makan, ketika mendapatkan makanan, mendahulukan sahabatnya yang senasib. Nabi menangis ketika seorang bocah meninggal. Nabi menanyakan tukang sapu yang cukup lama tak kelihatan. Nabi menjenguk dan menganjurkan menjenguk dan mendo’akan orang sakit. Nabi melayat dan menganjurkan melayat. Bahkan ada riwayat yang menceritakan Nabi melayat seorang pecinta burung yang burungnya mati dan mendoakan agar segera mendapat ganti. Dan, Anda tentu pernah mendengar sabda Nabi Muhammad yang luar biasa ini: “Barang siapa meninggal dan meninggalkan warisan, maka ahli warisnyalah yang berhak atas warisan itu, namun bila meninggalkan utang, akulah yang menanggungnya.”   
Selengkapnya...

Sabtu, Februari 14, 2009

Rindu Sang Kekasih

“Katakanlah, jika kamu benar menyintai Allah, ikutilah aku; maka Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS Ali Imran[3]:31)

Hampir semua orang beragama mengaku menyintai Allah, tapi mungkin tidak terlalu banyak yang berusaha mengikuti jejak RasulNya, kecuali dalam pengakuan. 
Ini boleh jadi salah satu sebabnya karena keengganan untuk lebih mengenal Rasulullah SAW sebelum mengaku mengikuti jejaknya. 

Umumnya orang merasa tidak punya waktu untuk membaca sunnah Rasulullah SAW secara komplit. Umumnya, orang membaca, menulis, atau menyampaikan hadis Nabi Muhammad SAW –bahkan Al-Quran—sebatas yang sesuai dengan kecenderungan atau malah kepentingan mereka yang bersangkutan. Hal ini tidak mengapa, asal tidak ‘disesuai-sesuaikan’ dan tidak sampai meninggalkan atau melewatkan nilai penting --apa pula yang terpenting-- dari nilai-nilai mulia Rasulullah SAW. Nilai yang apabila kita ikuti merupakan dakwah tersendiri yang pasti tidak kalah dari dakwah-dakwah kreasi kita sendiri. 

Untuk dapat mengikuti jejak Rasulullah SAW, tentu saja bagian terpenting yang mesti diketahui adalah sifat utama Rasulullah SAW yang sesuai dengan missi utamanya. Satu dan lain hal agar kita yang di muara ini dapat sedikit melihat beningnya MataAir.

Seperti dinyatakan oleh al-Quran "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.", "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."
(QS 68: 4; 9: 128) dan persaksian para sahabat beliau, Panutan agung kita Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang berakhlak sangat mulia. Imam Bukhari meriwayatkan dari shahabat Anas r.a. yang berkata: 
“Rasulullah SAW orangnya tidak keji dan kasar, tidak tukang melaknat, dan tidak suka mencaci..” 
Imam Bukhari juga meriwayatkan pernyataan Masruq r.a.yang mirip pernyataan Anas: 
“Rasulullah SAW bukanlah orang yang keji dan suka bicara kotor. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian ialah orang-orang yang paling baik pekertinya.” 

Shahabat Anas yang pernah meladeni Rasulullah SAW selama sepuluh tahun tidak pernah sekali pun mendengar Rasulullah SAW membentaknya.  
Bahkan Imam Bukhari meriwayatkan:  
Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW dan berkata “As-saamu ‘alaikum!” (bukan Assalaamu ‘alaikum), “Kematian bagimu!”. Sayyidatina ‘Aisyah pun menyahut: “Kematiaan juga bagi kalian dan juga laknat Allah dan murka Allah!” Rasulullah SAW pun menegur: “Tenang, ‘Aisyah; jagalah kelembutan, jangan kasar dan keji!” Sayyidatina ‘Aisyah masih menjawab: “Apakah Rasulullah tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah bersabda: “Apakah kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka (Rasulullah sudah menjawab “wa’alaikum” yang artinya “bagi kalian juga”) doaku atas mereka diijabahi dan doa mereka terhadapku tidak”. 

Alangkah mulianya akhlak Rasulullah! Sampai pun sikap buruk mereka yang membencinya, tidak mampu membuat beliau meradang; bahkan menasehati isterinya agar tetap bersikap lembut; tidak kasar dan keji. 

Akhlak yang mulia ini, sesuai benar dengan missi Rasulullah SAW seperti disabdakannya sendiri,  
“Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (Imam Ahmad dari Sa’ied bin Manshur dari Abdul ‘Aziez bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlaan dari al-Qa’qaa’ bin Hakiem dar Abi Shaleh dari Abu Hurairah). 

Sehebat apa pun takwa orang Islam, pastilah tidak mungkin melebihi takwa Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. Sebesar apa pun ghierah atau semangat beragama orang Islam, pastilah tidak mungkin melebihi ghierah dan semangat beragamanya Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. 

Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin,  akan sulit membayangkannya apabila seorang pemimpin agung bercanda di pasar dengan salah seorang rakyatnya seperti kisah berdasarkan beberapa kitab hadis dan kitab biografi para sahabat.

Zahir sedang berada di pasar Madinah ketika tiba-tiba seseorang memeluknya kuat-kuat dari belakang. Tentu saja Zahir terkejut dan berusaha melepaskan diri, katanya: “Lepaskan aku! Siapa ini?” 

Orang yang memeluknya tidak melepaskannya justru berteriak: “Siapa mau membeli budak saya ini?” Begitu mendengar suaranya, Zahir pun sadar siapa orang yang mengejutkannya itu. Ia pun malah merapatkan punggungnya ke dada orang yang memeluknya, sebelum kemudian mencium tangannya. Lalu katanya riang: “Lihatlah, ya Rasulullah, ternyata saya tidak laku dijual.” 

“Tidak, Zahir, di sisi Allah hargamu sangat tinggi;” sahut lelaki yang memeluk dan ‘menawarkan’ dirinya seolah budak itu yang ternyata tidak lain adalah Rasulullah, Muhammad SAW. 

Zahir Ibn Haram dari suku Asyja’, adalah satu di antara sekian banyak orang dusun yang sering datang berkunjung ke Madinah, sowan menghadap Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tentang Zahir ini, Rasulullah SAW pernah bersabda di hadapan sahabat-sahabatnya, “Zahir adalah orang-dusun kita dan kita adalah orang-orang-kota dia.”

***

Kharqaa’, perempuan berkulit hitam itu entah dari mana asalnya. Orang hanya tahu bahwa ia seorang perempuan tua yang sehari-hari menyapu mesjid dan membuang sampah. Seperti galibnya tukang sapu, tak banyak orang yang memperhatikannya. Sampai suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW tiba-tiba bertanya kepada para sahabatnya, “Aku kok sudah lama tidak melihat Kharqaa’; kemana gerangan perempuan itu?” 

Seperti kaget beberapa sahabat menjawab: “Lho, Kharqaa’ sudah sebulan yang lalu meninggal, ya Rasulullah.” Boleh jadi para sahabat menganggap kematian Kharqaa’ tidak begitu penting hingga perlu memberitahukannya ’ kepada Rasulullah SAW. Tapi ternyata Rasulullah SAW dengan nada menyesali, bersabda: “Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku? Tunjukkan aku dimana dia dikuburkan?”. Orang-orang pun menunjukkan kuburnya dan sang pemimpin agung pun bersembahyang di atasnya, mendoakan perempuan tukang sapu itu. 

*** 

Nabi Muhammad SAW , kita pasti akan sulit membayangkan bagaimana pemimpin seagung beliau, masih memiliki perhatian yang begitu besar terhadap tukang sapu, seperti kisah di atas. 
Tapi itulah pemimpin agung, Uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Urusan-urusan besar tidak mampu membuatnya kehilangan perhatian terhadap rakyatnya.

*** 

Anas Ibn Malik yang sejak kecil mengabdikan diri sebagai pelayan Rasulullah SAW bercerita: “Lebih Sembilan tahun aku menjadi pelayan Rasulullah SAW dan selama itu, bila aku melakukan sesuatu, tidak pernah beliau bersabda, ‘Mengapa kau lakukan itu?’ Tidak pernah beliau mencelaku.” 

“Pernah, ketika aku masih kanak-kanak, diutus Rasulullah SAW untuk sesuatu urusan;” cerita Anas lagi, “Meski dalam hati aku berniat pergi melaksanakan perintah beliau, tapi aku berkata, ‘Aku tidak akan pergi.’ Aku keluar rumah hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tiba-tiba Rasulullah SAW memegang tengkukku dari belakang dan bersabda sambil tertawa, ‘Hai Anas kecil, kau akan pergi melaksanakan perintahku?’ Aku pun buru-buru menjawab, ‘Ya, ya, ya Rasulullah, saya pergi.’” 

Dapatkah kita membayangkan kasih sayangnya yang begitu besar terhadap abdi kecilnya? Tapi pasti kita dapat dengan mudah membayangkan betapa besar kecintaan dan hormat si abdi kepada ‘majikan’nya itu. 

Yaa Rabb... beri hamba kekuatan untuk bisa mensuriteladani Kekasih-Mu Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin teladan yang luar biasa itu, Semoga Allah melimpahkan rahmat dan salamNya kepada beliau, kepada keluarga, para sahabat, dan kita semua sebagai umat beliau. Amin

Selengkapnya...

Jumat, Februari 13, 2009

The Guest House

This being human is a guest house.
Every morning a new arrival.
A joy, a depression, a meanness,
some momentary awareness comes
as an unexpected visitor.
Welcome and entertain them all!
Even if they are a crowd of sorrows,
who violently sweep your house
empty of its furniture,
still, treat each guest honorably.
He may be clearing you out
for some new delight.
The dark thought, the shame, the malice.
meet them at the door laughing and invite them in.
Be grateful for whatever comes.
because each has been sent
as a guide from beyond.
(Jalaluddin Rumi, translation by Coleman Barks)


Wisma Tamu
Diri ini, yang sedang menjadi manusia
adalah sebuah wisma tamu.
Setiap pagi, datang tamu yang baru.
Kegembiraan, kesedihan, atau sifat buruk
sedikit pengetahuan diri hadir sebentar
sebagai tamu yang singgah tanpa perjanjian.

Sambutlah, dan jamulah mereka semuanya!
Biarpun tamumu hanya sekerumunan nestapa
yang melanda rumahmu dengan kasar
dan mengangkut seluruh isinya,
tetaplah hadapi setiap tamu dengan mulia.
Bisa jadi ia sedang mengosongkanmu
demi kedatangan banyak kebahagiaan baru.
Niat buruk, rendah diri, dengki,
sambutlah mereka di pintu dengan tertawa,
dan ajak mereka masuk.
Berterimakasihlah
atas apa pun yang didatangkan padamu,
karena setiap tamu adalah utusan.
(Jalaluddin Rumi) Selengkapnya...

Untuk Ukhti Juariyah

Assalamualaikum wrwb,
Kumaha damang Ukht..semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kasih sayang serta semoga ukhti selalu ada dalam naungan ridha-Nya.Amin
teu sawios kan abdi manggil Ukhti :-) bukan sok bisa bahasa arab, karena memang tidak mengerti banget...baru sebatas bisa membaca belum sampai bisa mengerti apa arti yang dibaca :-)
Alhamdulillah saya coba buat blog ini dengan nama an-amza alias sepenggal dari nama kita, mudah-mudahan ini bisa sebagai wadah atau media sharing buat kita dan mudah-mudahan buat yang lain juga semoga bermanfaat. 
Seperti yang disampaikan Ukhti dulu sebelum berangkat ke Malaysia, begitu cepat waktu berlalu banyak moment-moment penting buat kita yang terjadi tanpa dugaan karena terjadi secara spontan, tapi kita yakini itu adalah skenario Allah SWT yang menggariskan jalannya dengan waktu yang singkat kita dipertemukan dan mengikat janji untuk bisa mensuriteladani Kekasih, Muhammad Rasulullah SAW. Allah SWT telah menghadirkan Ukhti yang memberikan makna bagi saya dalam perjalanan hidup di dunia ini, dimana sebelumnya masih digusarkan oleh perasaan yang tidak menentu lebih tepatnya rindu akan pasangan hidup, kan setiap manusia mempunyai fitrah untuk berpasangan. Pasangan juga berfungsi untuk menutup segala kekurangan, kelemahan dan aib diri, dimana kita akan saling menguatkan, mendoakan dan juga sebagai pakaian untuk menutupi segala kekurangan dan aib diri masing-masing.  Sekarang ukhti belum tau segala kekurangan yang saya miliki begitu juga saya ke ukhti, tapi kita harus meyakini bahwa tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SAW yang di maksum, semakin kita mengenal seseorang maka akan semakin tahu segala kelemahan dan kekuranganya, tapi sebagaimana yang disampaikan oleh Rumi, jangan mengharap untuk bisa merubah pasangan untuk menjadi lebih baik tapi rubahlah dirimu dengan pasanganmu, bersihkan dirimu lewat pasanganmu, sungguh ini adalah cara pandang yang bijak. Dan juga mudah-mudahan melalui pasangan dengan berkaca kita bisa mengenal Rabb, "man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu" barangsiapa mengenal nafs-nya(diri) niscaya dia akan mengenal Rabb-nya, semakin kita mengenal Allah SWT maka semakin cinta dan semakin tahu segala kebesaran-Nya. Mudah-mudahan kita dikuatkan dan dimudahkan jalan yaa Ukht untuk bisa menggenapkan Diin serta melakukan sunnah Rasulullah SAW.
Ukhti saya tidak bisa menjanjikan kehidupan dunia ini dengan gelimang harta, walaupun saya akan terus berikhtiyar untuk mengusahakannya sesuai kemampuan yang dimiliki, tapi lebih daripada itu saya mempunyai tanggungjawab yang berat untuk bisa menjadi abdi Allah, menuntun jalan untuk bisa mengenal Allah dan bertanggungjawab atas keselamatan ukhti di dunia maupun akhirat kelak. Berbicara masa depan untuk kita mudah-mudah Allah tetap menunjukkan jalan yang lurus (shiratalmustaqim) dan selalu ada dalam ridha-Nya baik dalam keadaan sedih atau gembira, sempit maupun lapang karena semua itu sama adalah ujian dari Allah SWT. 
Semoga kita juga bisa memanfaatkan waktu selagi kedua orang tua kita masih ada untuk bisa berbakti dan mempersembahkan yang terbaik baginya, sungguh jasa-jasanya tidak akan bisa kita balas didunia ini, hanya Allah saja yang bisa membalasnya dengan kesempurnaan balasan-Nya. mudah2an orangtua kita ridha dan ikhlas pada kita serta iringan doanya yang menyejukkan hati kita, selagi masih ada kesempatan rasakan bagaimana nikmatnya bisa membahagiakan mereka, sementara ada sebagian dari kita ketika ingin melakukan hal yang sama mereka tidak mampu karena orang tua mereka sudah tidak ada dan hanya doa yang bisa mereka panjatkan, bagaimana kita tidak bersyukur. Alhamdulillah kita panjatkan syukur masih dikaruniai kedua orang tua yang masih komplit, diberikan pekerjaan, diberikan kecukupan dan sungguh tidak akan terhitung nikmat Allah.
Punten ya Ukht..klo tulisan ini kurang berkenan. 
Semoga Ukhti selalu ada dalam naungan ridha Allah SWT. Selengkapnya...

Kamis, Februari 12, 2009

Pembukaan

Assalamualaikum wrwb!
Selamat datang, wilujeung sumping…!
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT semata, dan semoga shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin, beserta seluruh umatnya.
Ini adalah blog kami, hanya sebuah tempat tulisan buah fikir dan sharing yang diikat dengan sedikit ilmu.
Salam takjim!
- amza
Selengkapnya...