Senin, Februari 16, 2009

Love

Sebuah kata yang banyak dibicarakan, namun tidak mudah untuk mendefinisikan apa itu hakikat cinta sebenarnya, sebenarnya ini postingan dulu di www.amza.cjb.net yang diambil dari berbagai sumber buku, artikel, bahkan lagu sekalipun :)  dimana dulu sedang dalam proses pencarian cinta sejati, sebenarnya sampai sekarang ding.. masih mencoba untuk meresapi, memaknai dan berjalan diatasnya yaitu cinta dalam bentuk pengabdian kepada Yang Maha memiliki cinta dan Yang Maha Abadi, seperti disampaikan Ibnu Qayyim Al jauziah "cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab", cinta yang sejati dan abadi memerlukan sebab yang abadi pula yaitu cinta kepada Allah SWT.

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta. 

Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis. 
Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan “Siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita”. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan peradaban. Namun apa sesungguhnya cinta itu ? 
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.[Aam amiruddin]

Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya. 
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur …
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan, 
buku-buku dan lembaran-lembaran halaman. 
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ? 
Cinta memiliki banyak pernyataan melampaui pembicaraan. . . 

Apakah seseorang bisa menghindar dari cinta?tanya orang-orang pada Abu Naufal, seorang ulama.
“Bisa!” jawabnya. “yaitu orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman”. Ali bin Abdah berkata, “tak mungkin seorang menghindar dari cinta, kecuali orang yang kasar perangainya, kurang waras, atau tidak mempunyai gairah”. Ya, Cuma orang-orang yang keras hatilah yang nggak bakal bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang. Adanya perasaan mencintai dan menyayangi sesama manusia bukan saja bagian dari fitrah manusia, tapi juga bukti masih melekatnya kasih sayang dan rahmat dari Allah swt.
Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berbagi kebahagiaan dengan orang yang dicintainya. Bahkan ia rela mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan saudaranya. Rasulullah saw. Bersabda, “ Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah ta’ala kecuali yang paling afdhal diantara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya”.(HR Bukhari)
Seorang yang mencintai orang lain juga akan senang apabila orang yang dicintainya mendapat kebahagiaan, dan ikut bersedih ketika orang itu mendapat musibah. Oleh karena itu, beruntunglah kita yang sedang dicintai orang lain dan tengah mencintai orang lain. Rasulullah saw. Bersabda, “ Sesungguhnya yang terdekat dariku diantara kamu duduknya adalah yang terbaik akhlaknya diantara kamu dan merendahkan diri, yang mencintai dan dicintai”.Sesungguhnya banyak yang akan kita dapatkan dari cinta itu, tentu saja cintailah orang lain karena Allah dan mengikuti syariat-Nya.
Menurut Muhidin M. Dahlan dalam bukunya ‘Mencari Cinta’ membagi cinta dalam empat kategori yakni :
1. Cinta erotis(erotic love), jika seseorang pemuja erotisme, maka cinta baginya tak lain adalah sudah berapa perempuan yang dikencani, sudah berapa jenis pinggul yang digauli dan lain-lain. Bagi para pemilik cinta erotis, cinta adalah aktivitas seks. Seseorang dicintai sejauh ia dapat memenuhi kenikmatan seksual. dalam hal ini, cinta dilihat sebagai suatu “ perbuatan biologis atau fisiologis”. Kalau kita mencintai pasangan kita, berdasarkan karena ia masih muda, cantik dan ototnya masih padat-pejal, hanya sekedar itu, maka cinta kita adalah cinta erotis/cinta seksual. Cinta erotis adalah cinta yang labil-posesif atau yang biasa disebut cinta monyet atau puppy love. Cinta ini banyak menjangkiti remaja-remaja tanggung (anak-anak tidak, dewasa juga tidak), cinta yang hanya sebatas permainan saja, cinta yang kekanak-kanakan. Cinta semacam ini umumnya tidak bertahan lama karena afeksi mereka yang labil-posesif cenderung berpindah-pindah dari satu orang ke orang yang lain.
2. Cinta Rasional, bila ia seorang yang suka berfilsafat dan selalu mengagungkan akal budi, maka cinta baginya tak lain adalah kesatuan relasi-relasi abstraktif yang bisa dipersepsi oleh nalar. Maka cinta pun berbentuk sangat material dan terindra sifatnya. Mereka menyebut apresiasi terhadap keindahan sebagai bentuk cinta yang merupakan perpaduan jiwa dan akal. Dan yang penting bisa diteorisasikan dalam sekumpulan dogma moral. Orang sering menyebut cinta ini sebagai cinta platonis. Bila kita appeal ke rumah “kekasih” saban sabtu sore, dan kesempatan itu hanya dihabiskan berdiskusi tentang ragam teori akademis dan seabrek-abrek masalah psikologi dan ideologi yang merentang dari A-Z, mungkin kita salah satu penganut aliran cinta ini. Cinta jenis ini masih tergolong cinta yang egosentris. Alih-alih menteorisasikan cintanya dengan setanggul-tanggul untaian filosofi, sesungguhnya pembenarannya ditujukan untuk pemuasan intelektualnya sendiri.
3. Cinta Romantis/Flamboyan, cinta tidak hanya dipikirkan, tapi juga dirasakan. Inilah jenis cinta romantis atau flamboyan. Bila ia seorang romantis, maka cinta tak ubahnya adalah untaian bait-bait puisi yang menepuk-nepuk jiwa yang sedang dilanda perindu. Cinta adalah milik rasa dan hanya rasa. Hampir sebagian besar orang memegang aliran cinta ini, apalagi yang berdarah muda. Dapat dilihat ketika mereka pertama kali mencintai, tepatnya pacaran atau yang baru saja putus pacar, maka saat itu juga ia tiba-tiba berubah menjadi pujangga(amatiran), mengubah kepedihan menjadi barisan kata indah menyayat-nyayat. Menurut John powell, kalau cinta adalah perasaan, maka cinta itu dapat berubah-ubah. Perasaan manusia tidak stabil, tapi selalu berubah-ubah(labil-posesif), cinta yang berubah pertanda ketaksetiaan. Cinta romantis ini kerap disematkan pada cinta para remaja, bagi mereka cinta adalah perasaan tanpa ada ikatan keputusan dan komitmen, cinta tidak atau belum diikat oleh sebuah ikatan permanen. Maka mereka bebas dan liarnya mencari-cari alias gonta-ganti pasangan, yang selalu “memperdagangkan” rasa kepada siapa saja yang mau dan berselera.
4. Cinta Religius/Agape, kasih yang sejati terkadang tidak memerlukan romantisme. Terkadang romantisme hanya menyela kita untuk lari dari medan realitas. Cinta ini bukan sekedar imbuh-imbuh romantisme. Inilah cinta religius. Bila kita seorang religius, maka cinta adalah sebentuk ritus penyerahan diri total kepada Sang Kekasih Allah swt. Tanpa dalih, tanpa keluh. Cinta ini telah melampaui cinta yang membaluti “tubuh”, cinta yang memuja akal dan cinta yang merapalkan rasa. Hampir penganut falsafah cinta ini, bebas menari di semesta nilai dan alam kesadaran yang tanpa batas dan tanpa harus terganggu oleh batas ideologi, agama, ras dan geografis. Cinta jenis ini merangkul semuanya. “Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah. Ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu, Allah maha pengampun lagi maha penyayang”.(QS Ali Imran : 31). Ikutilah Aku pada ayat ini adalah mengikuti Rasulullah saw, dimana seberapa taat kita dalam mengamalkan aturan Allah yang diwahyukan pada Rasulullah saw. dalam kitab suci Al Qur’an. Rabiah al-Adawiah adalah contoh kecintaan dan kerinduan kepada Allah yang sudah sampai pada tahap “spiritual/love of trance”(mabuk cinta). Dimana pada tahapan ini, kata-kata tiada lagi berarti. Adakah yang lebih indah dari Cinta dan Kebenaran maka memerlukan kata-kata yang indah?bahkan kalaupun ada yang terucap, kata-kata itu pasti di luar logika bahasa yang lazim. Ia meluncurkan kata-kata puitis yang dahsyat keluar dari mulutnya yang suci. “Tuhanku, kalau aku mengabdi kepada-Mu karena takut akan api neraka, masukkanlah aku kedalam neraka itu, dan besarkan tubuhku di neraka itu sehingga tidak ada tempat lagi di neraka itu buat hamba-hamba-Mu yang lain. Kalau aku menyembah-Mu karena menginginkan surga-Mu, berikan surga itu kepada hamba-hamba-Mu yang lain. Bagiku Engkau saja sudah cukup”.

Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, dihiasi dengan cinta dan kasih sayang yang memperhalus hati, memperindah kehidupan. Tetapi cinta ini pula yang tak jarang membuat orang dililit nestapa, duka, lara bahkan berperilaku hina dan nista. Cinta manakah yang benar-benar membawa berkah? Cinta yang membawa berkah adalah cinta yang dibalut karena hati takut kepada Allah semata. Cinta yang membawa nista adalah cinta yang berbaur hanya dengan nafsu syahwat belaka. Keindahan cinta akan terasa jikalau ijab qabul menjadi pengokoh cinta dijalan yang Allah ridhoi.

Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu :
1. Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya. Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang Allah ridhai dan yang dimurkai-Nya.
2. Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab akan kemajuan perusahaannya. Orang yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility. 
3. Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki. Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect. 
4. Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya. 

Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna. Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu nabi Saw pernah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. “ Cintai oleh mu mahluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu”. (HR. Muslim)
Supremasi kebahagiaan tertinggi, kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan penuh loyalitas dan selalu merasa dincintai-Nya. Inginkah hidup kita bermakna ? Let Love be Your Energy !
True love never grows old
Old love does not rust.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar